15 Des 2012

Keutamaan Ibadah Puasa

Keutamaan Ibadah Puasa
Puasa menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan disertai niat ibadah kepada Allah Swt, serta karena mengharapkan ridho-Nya. Ibadah puasa dilaksanakan juga dengan tujuan menyiapkan diri guna meningkatkan taqwa kepada Allah Swt. Bulan puasa atau ramadhan, adalah bulan yang banyak mengandung hikmah di dalamnya. Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangannya, dan teramat bersedih ketika ditinggalkannya. Seperti apabila kita beribadah selama sebulan penuh, maka akan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Di bulan ramadhan pula Allah Swt telah menurunkan kitab suci Al Quran yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia, dan menjadi pembeda mana yang benar dan mana yang salah.
dalam bulan ramadhan yang sebagian telah kita laksanakan, akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dan sebagainya. Ayat tentang perintah berpuasa itu, dimulai dengan firman Allah Swt: “Wahai orang-orang yang beriman” dan disudahi dengan: “Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa." Jadi jelaslah bagi kita bahwa puasa ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan. Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt kita diberi kesempatan selama sebulan penuh, melatih diri, menahan hawa nafsu kita dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana telah diuraikan. Rasullah Saw bersabda:“Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor.” (H.R.Ibnu Khuzaimah).
Puasa Itu Menyehatkan
Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan. Bukan saja karena puasa itu dapat membersihkan rohani manusia, tetapi juga akan membersihkan jasmani manusia itu sendiri. Pendek kata, puasa itu juga berperan sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita selama 11 bulan senantiasa digunakan. Boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Dengan berpuasa, kita dapat merehatkan alat pencernaan lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan optimal. Perlu diingat, ibadah puasa ramadhan itu hanya akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita, jika dilaksanakan dengan mengikut panduan yang telah ditetapkan. Tetapi jika hanya dilakukan dengan asal-asalan, maka hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja. Allah berfirman yang maksudnya: “Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan.” (Qs. al-A'raf: 31). Nabi Saw juga bersabda: “Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang.” Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan puasa di bulan ramadhan tahun 1433 Hijriyah kali ini akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insyaallah kita akan bertemu kembali dengan bulan penuh barakah ini pada tahun-tahun mendatang. Amin.
Benteng Diri
waktu terus berlangsung. Tanpa terasa sekian ramadhan telah dilewati. Ini membuktikan bahwa masa sudah saling berdekatan sebagaimana yang di beritakan oleh Nabi Saw. Barangkali sebagian kita telah melalui ramadhan selama enam puluh tahun, ada pula yang lima puluh tahun, empat puluh tahun, tiga puluh tahun, dua puluh tahun, atau lebih maupun kurang. Namun apa hasil yang sudah kita raih untuk kebaikan agama dan akherat kita. Sudahkah tempaan bulan suci ramadhan mampu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Atau masihkah tingkah laku kita sama dengan masa sebelumnya bahkan malah lebih parah? Apabila bertakwa kepada Allah Swt menjadi tujuan yang utama dalam melaksanakan puasa ramadhan, berarti pemenangnya adalah orang yang berhasil meningkatkan mutu ketakwaannya selepas bulan yang suci ini. Tentu sangat ironis, jika seorang yang berpuasa di bulan ramadhan justru lebih jauh dari Allah Swt pada bulan-bulan yang berikutnya. Bahkan, merupakan kesalahan yang besar bila seorang yang berpuasa mau menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat, hanya dalam bulan suci ramadhan dan tak lebih dari itu. Semestinya, fenomena rasa antusias yang sedemikain tinggi untuk melaksanakan ibadah dan menjauhi kemaksiatan dalam bulan suci ramadhan ini, bisa ditularkan pada perputaran waktu yang selanjutnya.
Wahai segenap kaum muslimin, marilah kita menghilangkandari benak kita asumsi bahwa ramadhan hanya sekadar seremonial ritual agama yang di gelar karena adat istiadat umat Islam. Selepasnya, kita kembali kepada keyakinan dan moral yang sudah berlangsung sebelumnya dengan sangat parah dan rendah? Marilah kita menjadikan ramadhan sebagai pendidikan spiritual yang mampu membentuk kita sebagai manusia-manusia berkualitas di mata Allah Swt. Sesungguhnya bulan suci ramadhan ini mengandung berbagai pelajaran dan hikmah yang cukup banyak. Ibarat buah yang sudah ranum di atas pohonnya, dan hanya tinggal menanti siapa yang datang untuk memetiknya. Berpuasa adalah syariat dahulu kala yang diwarisi oleh para nabi dan rasul sampai kepada nabi kita Muhammad Saw. Berpuasa menyimpan keberkatan dan kemanfaatan yang banyak sekali, baik dari sisi agama maupun kehidupan. Oleh karena itu, islam mensyariatkan amalan yang mulia ini bukan hanya pada bulan suci ramadhan.
Selain puasa ramadhan, di sana masih terdapat puasa-puasa yang lainnya, Ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Berpuasa disyariatkan oleh Allah melalui Rosul-Nya adalah dalam rangka meningkatkan mutu ketakwaan kita. Di samping itu, berpuasa dapat menghindarkan kita dari segala gejolak hawa nafsu dan syahwat yang menyesatkan. Singkatnya, dengan berpuasa, kita bisa menyelamatkan diri dari amukan api neraka. Rasulullah Saw bersabda (yang artinya): “Berpuasa itu adalah tameng yang dengannya seorang hamba bisa membentengi diri dari amukan api neraka.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan yang selain keduanya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dengan sanad yang hasan) Ya, berpuasa adalah tameng yang membentengi kita dari amukan api neraka. Bagaimana tidak? Dengan berpuasa, kita telah menutup pintu-pintu syaithan yang berada dalam tubuh kita. Rasul Saw bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya syaithan itu mengalir pada diri seorang anak Adam laksana aliran darah”. (HR. Bukhari & Muslim dari Shafiyyah RA). Maka dengan berpuasa, kita telah menutup pintu syaithan untuk menyelusup ke dalam diri kita. Sebab kita telah meninggalkan makan, minum, dan syahwat kita selama berpuasa karena Allah. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, dan Menanti Hari Raya Idul Fitri 1433 H yang sebentar lagi akan segera tiba.
(Drs. KH. Bardan Usman, M.Pd.I,
Rois Syuriah Pengurus Cabang NU (PCNU) Gunungkidul, Kabag Penamas Kantor Kementrian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta
.)



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Save to PDF

0 komentar:

Posting Komentar