27 Jan 2013

Hakikat Perayaan Maulid Nabi SAW

Hakikat perayaan Maulid Nabi SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi SAW untuk diteladani. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT :

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat Allah (kepada kalian), maka bergembiralah kalian. (QS Yunus, 58)
Ayat ini, jelas-jelas menyuruh kita umat Islam untuk bergembira dengan adanya rahmat Allah SWT. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah rahmat atau anugerah Tuhan kepada manusia yang tiadataranya. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya',107)
Sesunggunya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
عَنْ أبِي قَتَادَةَ الأنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ – صحيح مسلم
Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, "Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR Muslim)
Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa.

Paparan ini menyiratkan bahwa merayakan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid itu isinya adalah bacaan shalawat, baik Barzanji atau Diba', sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainya, yang merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh Syari' at Islam. Sayyid Muhammad' Alawi al-Maliki mengatakan: "Pada pokoknya, berkumpul untuk mengadakan Maulid Nabi merupakan sesuatu yang sudah lumrah terjadi. Tapi hal itu termasuk kebiasaan yang baik yang mengandung banyak kegunaan dan manfaat yang (akhirnya) kembali kepada umat sendiri dengan beberapa keutamaan (di dalamnya). Sebab, kebiasaan seperti itu memang dianjurkan oleh syara' secara parsial (bagian­bagiannya)”

“Sesungguhnya perkumpulan ini merupakan sarana yang baik untuk berdakwah. Sekaligus merupakan kesempatan emas yang seharusnya tidak boleh punah. Bahkan menjadi kewajiban para da'i dan ulama untuk mengingatkan umat kepada akhlaq, sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah, tata cara bergaul dan ibadah Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya mereka menasehati dan memberikan petunjuk untuk selalu melakukan kebaikan dan keberuntungan. Dan memperingatkan umat akan datangnya bala' (ujian), bid'ah, kejahatan dan berbagai fitnah". (Mafahim Yajib an Tushahhah, 224-226)

Hal ini diakui oleh Ibn Taimiyyah. Ibn Taimiyyah berkata, "Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAWakan diberi pahala. Begitulah yang dilakukan oleh sebagian orang. Hal mana juga di temukan di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS. Dalam Islam juga dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Dan Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid'ah yang mereka lakukan". (Manhaj as-Salaf li Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 399)

Maka sudah sewajarnya kalau umat Islam merayakan Maulid Nabi SAW sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga karena isi perbuatan tersebut secara satu persatu, yakni membaca shalawat, mengkaji sejarah Nabi SAW, sedekah, dan lain sebagainya merupakan amalan yang memang dianjurkan dalam syari'at Islam.

oleh: H. Zudi Rahmanto, S.Ag, M.Ag




rating : 5 by : Team Tanbih on:
Save to PDF

Tradisi Tahlilan Umat Islam Indonesia


Pada hakikatnya majelis tahlil atau tahlilan adalah hanya nama atau sebutan untuk sebuah acara di dalam berdzikir dan berdoa atau bermunajat bersama. Yaitu berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimat thayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, Asma’ul husna, shalawat dan lain-lain.
Maka sangat jelas bahwa majelis tahlil sama dengan majelis dzikir, hanya istilah atau namanya saja yang berbeda namun hakikatnya sama. (Tahlil artinya adalah lafadh Laa ilaaha illallah) Lalu bagaimana hukumnya mengadakan acara tahlilan atau dzikir dan berdoa bersama yang berkaitan dengan acara kematian untuk mendoakan dan memberikan hadiah pahala kepada orang yang telah meninggal dunia ? Dan apakah hal itu bermanfaat atau tersampaikan bagi si mayyit ?
Menghadiahkan Fatihah, atau Yaasiin, atau dzikir, Tahlil, atau shadaqah, atau Qadha puasanya dan lain lain, itu semua sampai kepada Mayyit, dengan Nash yg Jelas dalam Shahih Muslim hadits no.1149, bahwa “seorang wanita bersedekah untuk Ibunya yg telah wafat dan diperbolehkan oleh Rasul saw”, dan adapula riwayat Shahihain Bukhari dan Muslim bahwa “seorang sahabat menghajikan untuk Ibunya yg telah wafat”, dan Rasulullah SAW pun menghadiahkan Sembelihan Beliau SAW saat Idul Adha untuk dirinya dan untuk ummatnya, “Wahai Allah terimalah sembelihan ini dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari Ummat Muhammad” (Shahih Muslim hadits no.1967). dan hal ini (pengiriman amal untuk mayyit itu sampai kepada mayyit) merupakan Jumhur (kesepakatan) Ulama seluruh madzhab dan tak ada yg memungkirinya apalagi mengharamkannya, dan perselisihan pendapat hanya terdapat pada madzhab Imam Syafi’i, bila si pembaca tak mengucapkan lafadz : “Kuhadiahkan”, atau wahai Allah kuhadiahkan sedekah ini, atau dzikir ini, atau ayat ini..”, bila hal ini tidak disebutkan maka sebagian Ulama Syafi’iy mengatakan pahalanya tak sampai.
Jadi tak satupun ulama ikhtilaf dalam sampai atau tidaknya pengiriman amal untuk mayiit, tapi berikhtilaf adalah pd Lafadznya. Demikian pula Ibn Taimiyyah yg menyebutkan 21 hujjah (dua puluh satu dalil) tentang Intifa’ min ‘amalilghair (mendapat manfaat dari amal selainnya). Mengenai ayat : "DAN TIADALAH BAGI SESEORANG KECUALI APA YG DIPERBUATNYA, maka Ibn Abbas ra menyatakan bahwa ayat ini telah mansukh dg ayat “DAN ORAN ORANG YG BERIMAN YG DIIKUTI KETURUNAN MEREKA DENGAN KEIMANAN”,
Mengenai hadits yg mengatakan bahwa bila wafat keturunan adam, maka terputuslah amalnya terkecuali 3 (tiga), shadaqah Jariyah, Ilmu yg bermanfaat, dan anaknya yg berdoa untuknya, maka orang orang lain yg mengirim amal, dzikir dll untuknya ini jelas jelas bukanlah amal perbuatan si mayyit, karena Rasulullah SAW menjelaskan terputusnya amal si mayyit, bukan amal orang lain yg dihadiahkan untuk si mayyit, dan juga sebagai hujjah bahwa Allah memerintahkan di dalam Al Qur'an untuk mendoakan orang yg telah wafat : "WAHAI TUHAN KAMI AMPUNILAH DOSA-DOSA KAMI DAN BAGI SAUDARA-SAUDARA KAMI YG MENDAHULUI KAMI DALAM KEIMANAN", (QS Al Hasyr-10).
Mengenai rangkuman tahlilan itu, tak satupun Ulama dan Imam Imam yg memungkirinya, siapa pula yg memungkiri muslimin berkumpul dan berdzikir?, hanya syaitan yg tak suka dengan dzikir.
Didalam acara Tahlil itu terdapat ucapan Laa ilaah illallah, tasbih, shalawat, ayat qur’an, dirangkai sedemikian rupa dalam satu paket dg tujuan agar semua orang awam bisa mengikutinya dengan mudah, ini sama saja dengan merangkum Al Qur’an dalam disket atau CD, lalu ditambah pula bila ingin ayat Fulani, silahkan Klik awal ayat, bila anda ingin ayat azab, klik a, ayat rahmat klik b, maka ini semua dibuat buat untuk mempermudah muslimin terutama yg awam.
Atau dikumpulkannya hadits Bukhari, Muslim, dan Kutubussittah, Alqur’an dengan Tafsir Baghawi, Jalalain dan Ilmu Musthalah, Nahwu dll, dalam sebuah CD atau disket, atau sekumpulan kitab,
bila mereka melarangnya maka mana dalilnya ?,
munculkan satu dalil yg mengharamkan acara Tahlil?, (acara berkumpulnya muslimin untuk mendoakan yg wafat) tidak di Al Qur’an, tidak pula di Hadits, tidak pula di Qaul Sahabat, tidak pula di kalam Imamulmadzahib, hanya mereka saja yg mengada ada dari kesempitan pemahamannya.
Mengenai 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, atau bahkan tiap hari, tak ada dalil yg melarangnya, itu adalah Bid’ah hasanah yg sudah diperbolehkan oleh Rasulullah saw, justru kita perlu bertanya, ajaran muslimkah mereka yg melarang orang mengucapkan Laa ilaaha illallah?, siapa yg alergi dengan suara Laa ilaaha illallah kalau bukan syaitan dan pengikutnya ?, siapa yg membatasi orang mengucapkan Laa ilaaha illallah?, muslimkah?, semoga Allah memberi hidayah pada muslimin, tak ada larangan untuk menyebut Laa ilaaha illallah, tak pula ada larangan untuk melarang yg berdzikir pada hari ke 40, hari ke 100 atau kapanpun, pelarangan atas hal ini adalah kemungkaran yg nyata.
Bila hal ini dikatakan merupakan adat orang hindu, maka bagaimana dengan computer, handphone, mikrofon, dan lainnya yg merupakan adat orang kafir, bahkan mimbar yg ada di masjid masjid pun adalah adat istiadat gereja, namun selama hal itu bermanfaat dan tak melanggar syariah maka boleh boleh saja mengikutinya, sebagaimana Rasul saw meniru adat yahudi yg berpuasa pada hari 10 muharram, bahwa Rasul saw menemukan orang yahudi puasa dihari 10 muharram karena mereka tasyakkur atas selamatnya Musa as, dan Rasul saw bersabda : Kami lebih berhak dari kalian atas Musa as, lalu beliau saw memerintahkan muslimin agar berpuasa pula” (HR Shahih Bukhari hadits no.3726, 3727).
Sebagaimana pula diriwayatkan bahwa Imam Masjid Quba di zaman Nabi saw, selalu membaca surat Al Ikhlas pada setiap kali membaca fatihah, maka setelah fatihah maka ia membaca AL Ikhlas, lalu surat lainnya, dan ia tak mau meninggalkan surat al ikhlas setiap rakaatnya, ia jadikan Al Ikhlas sama dengan Fatihah hingga selalu berdampingan disetiap rakaat, maka orang mengadukannya pada Rasul saw, dan ia ditanya oleh Rasul saw : Mengapa kau melakukan hal itu?, maka ia menjawab : Aku mencintai surat Al Ikhlas. Maka Rasul saw bersabda : Cintamu pada surat Al ikhlas akan membuatmu masuk sorga” (Shahih Bukhari). Maka tentunya orang itu tak melakukan hal tsb dari ajaran Rasul saw, ia membuat buatnya sendiri karena cintanya pada surat Al Ikhlas, maka Rasul saw tak melarangnya bahkan memujinya.
Kita bisa melihat bagaimana para Huffadh (Huffadh adalah Jamak dari Al hafidh, yaitu ahli hadits yg telah hafal 100.000 hadits (seratus ribu) hadits berikut sanad dan hukum matannya) dan para Imam imam mengirim hadiah pd Rasul saw :
• Berkata Imam Alhafidh Al Muhaddits Ali bin Almuwaffiq rahimahullah : “aku 60 kali melaksanakan haji dengan berjalan kaki, dan kuhadiahkan pahala dari itu 30 haji untuk Rasulullah saw”.
• Berkata Al Imam Alhafidh Al Muhaddits Abul Abbas Muhammad bin Ishaq Atssaqafiy Assiraaj : “aku mengikuti Ali bin Almuwaffiq, aku lakukan 7X haji yg pahalanya untuk Rasulullah saw dan aku menyembelih Qurban 12.000 ekor untuk Rasulullah saw, dan aku khatamkan 12.000 kali khatam Alqur’an untuk Rasulullah saw, dan kujadikan seluruh amalku untuk Rasulullah saw”.
ia adalah murid dari Imam Bukhari rahimahullah, dan ia menyimpan 70 ribu masalah yg dijawab oleh Imam Malik, beliau lahir pada 218 H dan wafat pada 313H
• Berkata Al Imam Al Hafidh Abu Ishaq Almuzakkiy, aku mengikuti Abul Abbas dan aku haji pula 7X untuk rasulullah saw, dan aku mengkhatamkan Alqur’an 700 kali khatam untuk Rasulullah saw. (Tarikh Baghdad Juz 12 hal 111).
Walillahittaufiq
mengenai mengucap dzikir di speaker masjid, jika masyarakat tidak merasa terganggu maka tak apa, jika masyarakat merasa terganggu maka baiknya dg speaker dalam masjid saja.
dan tidak ada batasan dalam dzikir tsb, boleh berapa saja dan tak ada larangannya.
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita

oleh : Labib Junaidi, Ketua PC GP ANsor Kab. Gunungkidul.




rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Labib Junaidi
Save to PDF

27 Des 2012

Kiat-kiat Bangun Malam

Kondisi malas dan berat bangun malam untuk mengerjakan shalat Tahajud merupakan problem cukup serius yang menjerat kaum muslimin masa kini. Padahal, para salafush shalih dalam sejarah Islam telah menorehkan prestasi ibadah yang sangat gemilang. Shalat malam bagi mereka merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari.
Setan sangat brilian dalam masalah keburukan, setan mengetahui bahwa bila seorang hamba berkhalwat dengan Rabbnya dikegelapan malam, menghadapkan wajah dan membariskan kedua kaki dalam ketaatan kepada-Nya, serta menyungkurkan diri bersujud kepada-Nya bahwa Allah Ta'ala tidak akan menolak hamba tersebut. Bahkan, Allah akan menerimanya, mengangkat derajatnya, menguatkan imannya dan meneguhkannya pada jalan yang lurus. "cukuplah sebagai kebinasaan dan keburukan bagi seseorang yang tidur hingga pagi, sementara setan telah mengencingi telinganya". (Ibnu Mas'ud)
Karena itulah setan bekerja keras untuk menurunkan semangat manusia dari melaksanakan shalat tahajud. Dalam upaya ini, ada beberapa kiat-kiat yang dapat mempermudah kita untuk bisa melaksanakan shalat tahajud, diantaranya :
  1. Berwudhu Sebelum Tidur
  2. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dengan shahih di dalam Ash-Shahihain, bahwasannya Nabi berkata kepada Bara'bin Azib : "Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah seperti wudhumu untuk shalat".
  3. Menunaikan Shalat Witir Sebelum Tidur
  4. Hal ini dilakukan bila kita khawatir tidak bisa bangun. Namun, bila kita terbiasa bangun pada malam hari, maka shalat setelah tidur lebih utama dan lebih baik. Ibnu Umar berkata : "Tiada seseorang yang memasuki pagi hari dengan tidak menjalankan shalat witir pada malam harinya kecuali di atas kepalanya pasti ada jarir (tali) sepanjang tujuh puluh hasta".
  5. Membaca Surat Al-Falaq dan An-Nas
  6. Sebelum tidur, satukan kedua telapak tangan, lalu bacakan padanya al-mu'awwidzatain (suratAl-Falaq dan An-Nas), kemudian tiupkan ke kedua telapak tangan dan gunakan untuk mengusap semua anggota badan yang bisa di jangkau, dimulai dari bagian kepala. Tuntunan ini disebutkan di dalam Shahihul Bukhari, dari hadits Aisyah dengan sanad marfu'.
  7. Membaca Dua Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah
  8. Hal ini bedasarkan hadits di dalam Ash-Shahihain, dari Abu Mas'ud Al-Anshari bahwa ia berkata : Rasulullah bersabda : "Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, barangsiapa membacanya pada malam hari, maka keduanya mencukupinya". (HR. Bukhari, Fathul Bari, VII : 318 ; dan Muslim, Syarah Shahih Muslim, II : 92). Imam Nawawi mengatakan, "Ada yang berpendapat bahwa maknanya adalah mencukupinya dari shalat tahajud. Yang lain berpendapat, mencukupinya dari gangguan setan. Ada juga yang berpendapat, mencukupinya dari berbagai bencana. Dan ada kemungkinan semua itu benar.
  9. Membaca Satu Surat dari Al-Qur'an.
  10. Hal ini berdasarkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi, dari Syaddad bin Aus dengan sanad marfu' : "Tiada seorang muslim yang berangkat tidur, lalu ia membaca satu surat dari Kitab Allah kecuali Allah pasti akan mengirim satu malaikat untuk menjaganya dari segala sesuatu yang menyakitinya hingga ia terbangun.
  11. Membaca Ayat Kursi
  12. Hendaklah kita membaca ayat kursi sekaligus merenungkan dan memahaminya. Sebab, bacaan atas ayat tersebut akan menjadi penjaga kita dari setan hingga pagi menjelang, seperti telah dijelaskan di atas.
  13. Membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir
  14. Membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali sebelum tidur. Tuntunan ini disebutkan di dalam Ash-Shahihain, dari hadits Ali bin Abi Thalib.
Semoga cara ini dapat menuntun kita untuk mencontoh kebiasaan para generasi tua kita, yang sangat rajin melaksanakan shalat Tahajud, amiin. Wallahu A'lam. Powered by Telkomsel BlackBerry®
oleh: H. Zudi Rahmanto, S.Ag, M.Ag.



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Attanbih
Save to PDF

Maklumat tunnda Bayar Pajak PP Tebuireng

Jombang, Ponpes tebuireng Jombang mengeluarkan maklumat menunda bayar pajak pada tahun 2013 mendatang. Alasannya, uang pajak rakyat yang selama ini lebih banyak dinikmati segelintir orang, diantaranya untuk mensubsidi bunga obligasi rekap perbankan.
Maklumat tunda bayar pajak ini dikeluarkan dalam bentuk pernyataan tertulis dan ditanda-tangani oleh sejumlah orang yang hadir seusai acara sarasehan di pondok pesantren Tebuireng, kamis, 27 Desember 2012. Beberapa tokoh yang hadir diantaranya, KH Sholahuddin Wahid, Anggota DPR RI Lily Wahid, Sekjen Assosiasi Pembayar Pajak Indonesia (APPI) Sasmito Hadinagoro, mantan Danpuspom Myjen Purn. Syamsu Djalal, serta mantan direktur Bias ABRI, Laksamana Mulyo Wibisono.
Dalam kesempatan itu, sekjen APPI Sasmito Hadinagoro menjelaskan soal kesalahan pengelolaan keuangan negara selama ini. Pengelolaan uang pajak rakyat ternyata banyak yang digelontorkan untuk membayar bunga obligasi rekap perbankan.
Bunga obligasi rekap tersebut tiap tahun nilainya mencapai 60 triliun. Padahal, pembayaran pembayaran rekap bunga obligasi tersebut, merupakan tanggung jawab para pemilik bank.
Menurut Sasmito, uang obligasi rekap tersebut seharusnya dialokasikan untuk kepentingan rakyat, seperti subsidi kesehatan, pendidikan dan subsidi bahan bakar minyak. Apabila pembayaran obligasi rekap masih terus dilakukan, maka utang negara yang kini mencapai 2.000 trilyun akan membengkak menjadi 3000 trilyun pada tahun 2013.
sumber : harian tribun jogja, jum'at 28 desember 2012



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Attanbih
Save to PDF

24 Des 2012

Seputar Konferensi IX GP Ansor Kab. Gunungkidul

PC GP Ansor Kabupaten Gunungkidul pada hari Ahad 23 Desember 2012 menyelenggarakan Konferensi Cabang (Konfercab) ke IX Pengurus Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Gunungkidul di Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal Irsyad, Ledoksari, Kepek, Wonosari Gunungkidul. Acara terselenggara dengan sukses dimulai dari pukul 09.00 WIB s.d Pukul 22.00 WIB dan dihadiri oleh kurang lebih 150 peserta yang terdiri antara lain; utusan dari PAC GP Ansor yang masing-masing PAC GP Ansor mengirim sebanyak 4 peserta dan 1 peninjau, Banser, Pengurus PC GP Ansor, Pengurus PC NU dan Pengurus Wilayah GP Ansor DIY.

Sebelum acara dibuka, didahului dengan sambutan Ketua PW GP Ansor Propinsi DI Yogyakarta, H. Fairuz Ahmad, S.Ag yang menyampaikan program-program unggulan dan program-program terbaru serta program terobosan GP Ansor yang bisa direalisasikan saat ini dan akan datang. Dan juga menyampaikan betapa besarnya peranan yang telah dilakukan oleh GP Ansor dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat.
Acara kemudian dibuka oleh Bupati Gunungkidul, Hj. Badingah, S.Sos yang memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap eksistensi dan kiprah Ansor di Kabupaten Gunungkidul. Beliau mengatakan bahwa Ansor mempunyai keterkaitan yang sangat baik dengan pemerintahan Gunungkidul dan telah banyak membantu dan telah ikut andil yang sangat besar terhadap kondisi kemasyarakatan di Kabupaten Gunungkidul. Beliau mengharapkan agar Ansor senantiasa menjaga hubungan baik ini dan meningkatkan kerjasamanya sehingga menjadi kerjasama yang kuat. Beliau juga menyampaikan keprhatinannya dengan adanya sebagian kondisi masyarakat di Kab. Gunungkidul yang dalam beberapa hal mengalami permasalahan yang semakin meningkat, seperti semakin banyaknya peredaran minuman keras, yang terjadi tidak hanya di desa-desa tapi di jantung kota wonosari-pun semakin banyak dan dilakukan dengan jelas di tempat-tempat tertentu yang sudah diidentifikasi. Juga semakin tingginya angka pernikahan ataupun kehamilan di bawah umur, kenaikan angka kematian akibat bunuh diri, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Terhadap permasalahan-permasalahan ini diharapkan GP Ansor bisa menjadi yang terdepan membantu pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ini dan mencegah agar tidak semakin membudaya dan meningkat.

Acara diteruskan dengan presentasi yang dikemukakan oleh Dinas Dikpora Kab. Gunungkidul yang menawarkan beberapa program-program unggulan dari dinas pendidikan pemuda dan olahraga yang bisa diikuti oleh semua anggota GP Ansor Kabupaten Gunungkidul. Sesi selanjutnya yaitu presentasi yang disampaikan oleh tokoh FKB DPR RI H. Agus Sulistiyono, SE. Beliau menyampaikan peranannya dan kesiapannya menyampaikan aspirasi dan bersedia menjadi sungai yang bisa dialiri dengan program-program atau aspirasi-aspirasi dari seluruh warga GP Ansor Gunungkidul dan berusaha agar aliran air sungai tersbut bisa mengairi lahan yang banyak dan dapat menghasilkan keputusan yang bermanfaat. Beliau juga siap dengan ikhlas untuk membantu dengan segenap kemampuannya untuk perkembangan dan kemajuan GP Ansor di Kabupaten Gunungkidul. Acara selanjutnya adalah Laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang GP Ansor Kab. Gunungkidul yang disampaikan oleh Ketua PC GP Ansor Kabupaten Gunungkidul masa khidmat 2008-2012, Supasdi, S.Ag. Diteruskan pembahasan tata tertib pemilihan ketua PC GP Ansor yang baru untuk masa khidmat 2012 - 2016. Pada sore harinya para peserta dibagi menjadi 4 komisi untuk melakukan sidang-sidang komisi yang selanjutnya disampaikan pada rapat pleno komisi-komisi.
Setelah acara sidang selesai tiba saatnya pada acara yang ditunggu-tunggu yaitu pemilihan ketua PC GP Ansor untuk masa khidmat 2012 - 2016. Acara ini berjalan dengan alot dan sangat menarik karena terdapat beberapa calon yang masuk menjadi kandidat ketua GP Ansor Kabupaten Gunungkidul, sehingga rapat baru bisa diselesaikan pukul 22.20 WIB. Dalam penyampaian pendapat terjadi tarik ulur mengenai pemilihan ketua PC GP Ansor ini. Sebenarnya pemilihan ketua PC GP Ansor Kabupaten Gunungkidul ini pada awalnya telah sukses memilih satu nama yang mendapat kemenangan mutlak yaitu Ramiyo, S.Ag. Tapi yang bersangkutan dengan merasa berat hati menyatakan ketidaksanggupannya untuk terus dan maju menjadi ketua PC GP Ansor Kab Gunungkidul. Calon yang lainnya yang masuk nominasi adalah Harsono, S.Ag, M.Si, Labib Junaidi dan Martoyo. Martoyo juga menyatakan ketidaksangguoannya untuk terus melanjutkan pencalonan. Dengan adanya hal ini maka tersisa dua kandidat yang telah disebutkan di atas. Dalam pemilihan secara voting ini masing-masing PAC mempunyai hak 1 suara. Sedangkan keseluruhan suara yang hadir adalah 14 suara. Pada Hasil akhir, yang terpilih menjadi Ketua GP Ansor Kabupaten Gunungkidul adalah Labib Junaidi dari Kedungwanglo, Playen Gunungkidul. Acara Konferensi IX PC GP Ansor Kabupaten Gunungkidul diakhiri dan ditutup dengan doa oleh KH. Kharis Masduqi, selaku shahibul bait, sesepuh Ansor dan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur'an Wal Irsyad Ledoksari Kepek Wonosari Gunungkidul.(attanbih)



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Attanbih
Save to PDF

18 Des 2012

10 Ciri-ciri atau kriteria Aliran Sesat

Saat ini terdapat banyak sekali aliran-aliran yang tidak jelas bahkan terkadang banyak yang menjurus kepada kesesatan. Terlebih di Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, aliran-aliran baru ini bermunculan seakan kurang terkendali (walau ada beberapa yang ditangkap aparat). Ada yang menganggap ini adalah sesuatu hal baru yang menarik, adapula yang menganggap hal ini bisa membahayakan bagi kelangsungan kehidupan agama Islam di Indonesia. Ada beberapa permasalahan mengapa banyak aliran sesat bermunculan di Indonesia.
  1. Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, terjadi beberapa penyimpangan di dalamm dunia Islam yang dilakukan oleh orang-orang yang keluar dari syari'at Islam, seperti contoh munculnya nabi palsu musailamah al kadzab, dan lain-lain.
  2. Karena Indonesia adalah negara dengan penduduk islam terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kuota haji yang mencapai 211 ribu jamaah haji yang berasal dari Indonesia, karena kuota adalah 1:1000, maka dapat dihitung penduduk Islam di Indonesia sudah mencapai 211 juta. Bandingkan dengaan malaysia yang hanya 25 ribu saja. Tapi permasalahannya adalah walaupun Indonesia mempunyai penduduk Islam terbesar di dunia pada kenyataannya yang benar-benar melaksanakan syari'at Islam atau benar-benar beribadah kepada Allah hanya sekitar 20% atau hanya sebagian kecil saja.
  3. Karena terbesar di dunia, maka ada pihak asing yang tidak senang dan ingin menghancurkan agama Islam di Indonesia. Hal ini terbukti dengan kejadian beberapa waktu silam tertangkapnya salah satu pemimpin aliran yang ternyata tidak bisa baca tulis Al Qur'an..! Terungkapnya salah satu aliran yang ternyata dibiayai dari pihak asing luar negeri yang memusuhi Islam.
Terdapat 10 kriteria suatu aliran dikatakan sesat, yang dinukilkan dari hasil Lokakarya MUI Propinsi DIY 2012 :
  1. Mengingkari salah satu rukun iman dan salah satu rukun Islam
  2. Meyakini/mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar'i.
  3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al Quran
  4. Mengingkari kebenaran isi Al Qur'an
  5. Melakukan penafsiran Al Quran yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Tafsir
  6. Mengingkari Al Hadits
  7. Menghina atau melecehkan para Nabi dan Rasul
  8. Mengingkari bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terakhir
  9. Merubah, menambah, mengingkari pokok-pokok ibadah yang sudah ditetapkan syar'i
  10. Mengkafirkan umat muslim yang lain tanpa disertai dasar dalil-dalil syar'i yang kuat
Dari 10 kriteria tersebut ada sebuah pertanyaan, bagaimana jika orang tersebut tidak mengkafirkan tapi memusyrikkan muslim yang lain? nah..
(oleh KHM. Thohari, Pengasuh PonPes Qur'aniy pada acara pembinaan elemen dakwah Masyarakat KemenAg Kab. Gunungkidul tanggal 17 Des 2012 di Landas Masjid Al Ikhlas Wonosari GK)



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Tim Tanbih
Save to PDF

17 Des 2012

Soal Ujian Kab. Sukabumi Lecehkan Gus Dur

Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Sukabumi akan menggelar aksi demo di Kantor Kementerian Agama (Kemenag), Selasa (18/12) pagi. Mereka mengecam adanya pencemaran nama baik KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur dalam soal ujian akhir semester (UAS) di Madrasah Aliyah (MA) se-Jawa Barat.
Dalam soal UAS bidang studi sejarah tersebut ditanyakan tentang penyebab jatuhnya pemerintahan Gus Dur. Pada jawaban yang merupakan pilihan ganda ini disebutkan karena kasus korupsi Brunaigate dan Bulo Gate. "Puluhan anggota Banser akan mendatangi Kantor Kemenag sekitar pukul 09.00 WIB,’’ ujar Ketua Satuan Koordinasi Cabang Banser (Satkorcab Banser) Kabupaten Sukabumi, Irman, kepada Republika, Selasa (18/12).
Aksi tersebut sebagai upaya dari Banser agar kasus pembuatan soal yang mencemarkan Gusdur diusut tuntas.
Irman mengatakan, Kemenag diantaranya harus melakukan investigasi terhadap latar belakang pembuatan soal tersebut. Banser juga mendesak agar oknum pembuat soal itu diberikan sanksi.
Selain itu, Banser meminta agar hak dan kewenangan sekolah atau guru dalam penulisan soal ujian dikembalikan.
"Kami mengecam keras karena pembuatan soal ini merupakan pembohongan sejarah," ujar Wakil Sekretaris Pengurus Cabang NU (PCNU) Kabupaten Sukabumi, Daden Sukendar. Sehingga NU Sukabumi meminta kasus ini segera diusut tuntas oleh Kemenag.
(
sumber : ROL / Republika online 18/12/2012
)


rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Attanbih
Save to PDF

15 Des 2012

Keutamaan Ibadah Puasa

Keutamaan Ibadah Puasa
Puasa menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan disertai niat ibadah kepada Allah Swt, serta karena mengharapkan ridho-Nya. Ibadah puasa dilaksanakan juga dengan tujuan menyiapkan diri guna meningkatkan taqwa kepada Allah Swt. Bulan puasa atau ramadhan, adalah bulan yang banyak mengandung hikmah di dalamnya. Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangannya, dan teramat bersedih ketika ditinggalkannya. Seperti apabila kita beribadah selama sebulan penuh, maka akan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Di bulan ramadhan pula Allah Swt telah menurunkan kitab suci Al Quran yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia, dan menjadi pembeda mana yang benar dan mana yang salah.
dalam bulan ramadhan yang sebagian telah kita laksanakan, akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dan sebagainya. Ayat tentang perintah berpuasa itu, dimulai dengan firman Allah Swt: “Wahai orang-orang yang beriman” dan disudahi dengan: “Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa." Jadi jelaslah bagi kita bahwa puasa ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan. Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt kita diberi kesempatan selama sebulan penuh, melatih diri, menahan hawa nafsu kita dari hal-hal yang membatalkan puasa sebagaimana telah diuraikan. Rasullah Saw bersabda:“Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor.” (H.R.Ibnu Khuzaimah).
Puasa Itu Menyehatkan
Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan. Bukan saja karena puasa itu dapat membersihkan rohani manusia, tetapi juga akan membersihkan jasmani manusia itu sendiri. Pendek kata, puasa itu juga berperan sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita selama 11 bulan senantiasa digunakan. Boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Dengan berpuasa, kita dapat merehatkan alat pencernaan lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan optimal. Perlu diingat, ibadah puasa ramadhan itu hanya akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani kita, jika dilaksanakan dengan mengikut panduan yang telah ditetapkan. Tetapi jika hanya dilakukan dengan asal-asalan, maka hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja. Allah berfirman yang maksudnya: “Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan.” (Qs. al-A'raf: 31). Nabi Saw juga bersabda: “Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang.” Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan puasa di bulan ramadhan tahun 1433 Hijriyah kali ini akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insyaallah kita akan bertemu kembali dengan bulan penuh barakah ini pada tahun-tahun mendatang. Amin.
Benteng Diri
waktu terus berlangsung. Tanpa terasa sekian ramadhan telah dilewati. Ini membuktikan bahwa masa sudah saling berdekatan sebagaimana yang di beritakan oleh Nabi Saw. Barangkali sebagian kita telah melalui ramadhan selama enam puluh tahun, ada pula yang lima puluh tahun, empat puluh tahun, tiga puluh tahun, dua puluh tahun, atau lebih maupun kurang. Namun apa hasil yang sudah kita raih untuk kebaikan agama dan akherat kita. Sudahkah tempaan bulan suci ramadhan mampu meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Atau masihkah tingkah laku kita sama dengan masa sebelumnya bahkan malah lebih parah? Apabila bertakwa kepada Allah Swt menjadi tujuan yang utama dalam melaksanakan puasa ramadhan, berarti pemenangnya adalah orang yang berhasil meningkatkan mutu ketakwaannya selepas bulan yang suci ini. Tentu sangat ironis, jika seorang yang berpuasa di bulan ramadhan justru lebih jauh dari Allah Swt pada bulan-bulan yang berikutnya. Bahkan, merupakan kesalahan yang besar bila seorang yang berpuasa mau menahan diri dari hawa nafsu dan syahwat, hanya dalam bulan suci ramadhan dan tak lebih dari itu. Semestinya, fenomena rasa antusias yang sedemikain tinggi untuk melaksanakan ibadah dan menjauhi kemaksiatan dalam bulan suci ramadhan ini, bisa ditularkan pada perputaran waktu yang selanjutnya.
Wahai segenap kaum muslimin, marilah kita menghilangkandari benak kita asumsi bahwa ramadhan hanya sekadar seremonial ritual agama yang di gelar karena adat istiadat umat Islam. Selepasnya, kita kembali kepada keyakinan dan moral yang sudah berlangsung sebelumnya dengan sangat parah dan rendah? Marilah kita menjadikan ramadhan sebagai pendidikan spiritual yang mampu membentuk kita sebagai manusia-manusia berkualitas di mata Allah Swt. Sesungguhnya bulan suci ramadhan ini mengandung berbagai pelajaran dan hikmah yang cukup banyak. Ibarat buah yang sudah ranum di atas pohonnya, dan hanya tinggal menanti siapa yang datang untuk memetiknya. Berpuasa adalah syariat dahulu kala yang diwarisi oleh para nabi dan rasul sampai kepada nabi kita Muhammad Saw. Berpuasa menyimpan keberkatan dan kemanfaatan yang banyak sekali, baik dari sisi agama maupun kehidupan. Oleh karena itu, islam mensyariatkan amalan yang mulia ini bukan hanya pada bulan suci ramadhan.
Selain puasa ramadhan, di sana masih terdapat puasa-puasa yang lainnya, Ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Berpuasa disyariatkan oleh Allah melalui Rosul-Nya adalah dalam rangka meningkatkan mutu ketakwaan kita. Di samping itu, berpuasa dapat menghindarkan kita dari segala gejolak hawa nafsu dan syahwat yang menyesatkan. Singkatnya, dengan berpuasa, kita bisa menyelamatkan diri dari amukan api neraka. Rasulullah Saw bersabda (yang artinya): “Berpuasa itu adalah tameng yang dengannya seorang hamba bisa membentengi diri dari amukan api neraka.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan yang selain keduanya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dengan sanad yang hasan) Ya, berpuasa adalah tameng yang membentengi kita dari amukan api neraka. Bagaimana tidak? Dengan berpuasa, kita telah menutup pintu-pintu syaithan yang berada dalam tubuh kita. Rasul Saw bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya syaithan itu mengalir pada diri seorang anak Adam laksana aliran darah”. (HR. Bukhari & Muslim dari Shafiyyah RA). Maka dengan berpuasa, kita telah menutup pintu syaithan untuk menyelusup ke dalam diri kita. Sebab kita telah meninggalkan makan, minum, dan syahwat kita selama berpuasa karena Allah. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa, dan Menanti Hari Raya Idul Fitri 1433 H yang sebentar lagi akan segera tiba.
(Drs. KH. Bardan Usman, M.Pd.I,
Rois Syuriah Pengurus Cabang NU (PCNU) Gunungkidul, Kabag Penamas Kantor Kementrian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta
.)



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Save to PDF

14 Jun 2012

Wejangan KH. Hasyim Asy’ari tentang Zaman Akhir (2)

Melanjutkan wejangan dari KH. Hasyim Asy’ari tentang zaman akhir yang terangkum dalam kitab “Risalah Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah”.Menurut beliau, dengan mendasarkan pada hadits-hadits Rasulullah SAW, diantara tanda-tanda itu adalah tatkala orang-orang shalih banyak yang meninggal dan yang tinggal hanyalah sisa-sisa manusia yang keshalihannya jauh dari generasi awal. Diumpamakan, seperti ampas gandum atau kurma.  (Dikutip dari hadits riwayat imam Ahmad &imam Bukhari).

Tanda yang lain adalah ketika persoalan zuhud dan wara’ hanyalah cerita, kisah, dan bahan perbincangan semata, sedangkan niai dan praktiknya tidak terwujud dalam kehidupan umat manusia.  KH. Hasyim Asy’ari mendasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh imam Nu’iam.

Selanjutnya, sebagian tanda zaman akhir adalah tatkala kehadiran anak justru menjadi pemicu kemarahan orang tua, hujan justru menjadi sebab panas, dan orang-orang yang memiliki tabiat buruk justru melimpah. Ini menunjukkan bahwa keadaan berubah dan yang terjadi adalah kebalikannya. Tatkala sesuatu yang diharapkan menjadi sumber kebaikan justru menjadi awal keburukan.

Pertanda zaman akhir yang lain yang disampaikan oleh hadlratusyeikh KH. Hasyim Asy’ari adalah tatkala satu wilayah dipimpin oleh orang-orang munafik dan yang diangkat menjadi pemimpin justru orang-orang yang memiliki kualitas karakter dan kepribadian yang rendah. Di saat alam kehidupan ini telah menemui hal-hal tersebut, maka zaman itu telah dekat dengan zaman akhir. Semoga wejangan KH. Hasyim Asy’ari tersebut dapat menjadi peringatan dan renungan kitabersama.
(Ahmad Munir, dikembangkan dari kitab “Risalah Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah”). 



rating : 5 by : Team Tanbih on:
Author : Ahmad Munir
Save to PDF

26 Mei 2012

“Rasulan” dan Upaya Mensyukuri Nikmat Allah Swt


            Hari Raya Ketiga. Itulah sebagian julukan dari ‘rasulan’ atau bersih desa di Kabupaten Gunungkidul, yang setiap tahun diperingati seluruh warganya. Dikatakan sebagai hari raya ketiga, karena kegembiraan warga dan kemeriahan tradisi rasul itu laksana hari raya. Dalam ritual rasul diadakan selamatan dengan mengadakan sedekah dan beragam rangkaian kegiatan lain. Mulai dari kesenian, olah raga hingga pengajian selalu ditampilkannya.
Ritual rasulan, yang dilaksanakan tahunan oleh setiap dusun dan/atau desa ini memiliki dua aspek penting yang perlu mendapatkan apresiasi. Aspek pertama adalah rasa syukur warga Gunungkidul atas berbagai nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. Mereka mengadakan tasyakuran guna menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Allah Swt, dan berdoa agar di hari kemudian semakin bertambah nikmat yang diberikan-Nya.
Apa yang menjadi laku dan tujuan masyarakat Gunungkidul ini, secara jelas bersesuaian dengan firman Allah Swt dalam kitab suci-Nya al-Qur’an. “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumatkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim:7). Dengan demikian, wujud bersyukur dalam tradisi rasulan haruslah bersesuaian dengan nilai-nilai agama, jangan sampai justru bertentangan. 
Masih dalam kaca mata agama, rasulan menunjukkan sikap kebersamaan. Dengan mengadakan rasulan, warga bergotong royong menyiapkan beragam kebutuhan acara. Mereka tidak mendapatkan gaji dari kerjanya. Malahan, selain bekerja dengan keikhlasannya, mereka juga membayar iuran untuk pelaksanaan acara-acara yang ada. Legitimasi persaudaran Islam supaya tidak sampai terpecah-belah, sangat jelas dalam al-Qur’an, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat." (QS al-Hujurat: 49).
Dengan landasan tersebut, acara kegiatan rasulan sebagai bentuk rasa syukur haruslah menunjukkan nilai-nilai keluhuran agama, mengisinya dengan akivitas yang berguna, dan momentum untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Aspek kedua adalah melestarikan budaya luhur yang ada. Masyarakat Gunungkidul dalam mengadakan rasulan dilengkapi dengan pelestarian budaya daerah yang ada. Selain mengadakan pengajian juga mengadakan olahraga sepak bola, voly, dan lain sebagainya. Terlebih dari itu, dalam rasulan juga diadakan kesenian-kesenian semisal wayang kulit, ketoprak, campur sari dan lain sebagainya. Semua diadakan guna me-refresh warga setempat dari penatnya memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, seni-seni budaya yang diadakan difungsikan sebagai media pelestari budaya setempat agar tidak punah.
Budaya daerah yang memiliki nilai positif perlu mendapat perhatian khusus dan pelestarian. Dalam Islam terdapat kata-kata “al-muhafadlah ‘ala qadim as-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah”, yang makna sederhananya: menjaga perkara lama yang baik dan mengambil perkara baru yang lebih baik. Dan, dalam budaya-budaya Jawa, terkandung nilai-nilai positif. Misal, dalam cerita wayang menggambarkan kehidupan manusia di muka bumi dan nantinya akan dipertanggungjawabkan segala bentuk gerak aktivitasnya. Jika tokoh wayang berlaku baik, maka dipastikan akan merasakan happy ending (husnul khatimah). Namun bagi tokoh wayang yang melakukan perbuatan angkara murka, dipastikan akan berakhir dengan sad ending (su’ul khatimah).
Belum lagi saat memperhatikan lagu-lagu Jawa. Dalam lagu-lagu Jawa banyak terkandung petuah, pengingat hidup, dan lain sebagainya. Semua ini jika diresapi akan mendatangkan nilai-nilai positif tersendiri.
Tentu aspek kedua ini pun perlu mendapatkan perhatian. Hingga saat ini jarang sebuah desa/kota mengadakan acara khusus yang turut menjaga tradisi luhur daerah. Era mutakhir marak anak muda lebih memilih budaya asing dari pada budaya daerah. Padahal jika ditilik secara mendalam, budaya daerah jauh lebih memiliki nilai dibanding dengan budaya-budaya asing yang digemarinya.
Berakar dari sinilah, tradisi rasulan perlu mendapat apresiasi. Hanya saja, yang perlu menjadi catatan adalah, jangan sampai ritual-ritual daerah yang dikawinkan dengan nilai-nilai agama menjadikan pelakunya mensekutukan Allah (musyrik). Ritual-ritual yang ada, termasuk rasulan hanyalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam mengisi kegiatannya pun jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai agama. Selayaknya, acara budaya ini dapat dimanfaatkan untuk sarana dakwah, bukan justru meminggirkan syiar Islam. Bukan karena rasulan seseorang akan mendapatkan kenikmatan lebih, melainkan rasulan hanya sebagai wujud syukur warga Gunungkidul kepada Allah, sehingga Allah menepati janjinya, memberikan tambahan kenikmatan bagi yang bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya. Wallahu a’lam  [ANTON PRASETYO, Sekretaris redaksi Bulettin At-Tanbih, LTN NU Gunungkidul, Warga Menggoran, Playen]